Monday, March 19, 2012

OGOH-OGOH Çaka Warsa 1933

Ogoh-Ogoh sebagai apresiasi seni yang menjunjung tinggi kebersamaan dan budaya bali. Ini adalah apresiasi seni di desa kami sendiri TAMPAKSIRING. Sebuah karya seni yang dibangun dengan rasa kebersamaan dan dana dari iuran (dana punia) masyarakat setempat. Rasa bangga dan kepuasan dan memeriahkan datangnya tahun baru çaka 1933.
Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Ogoh-Ogoh yang dibuat dengan bambu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyarakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngrupuk. Karena tidak ada hubungannya dengan Hari Raya Nyepi, maka jelaslah ogoh-ogoh itu tidak mutlak ada dalam upacara tersebut. Namun benda itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara dan bentuknya agar disesuaikan, misalnya berupa raksasa yang melambangkan Bhuta Kala.


Karena bukan sarana upacara, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai serta tidak mengganggu ketertiban dan kea-manan. Selain itu, ogoh-ogoh itu jangan sampai dibuat dengan memaksakan diri hingga terkesan melakukan pemborosan. Karya seni itu dibuat agar memiliki tujuan yang jelas dan pasti, yaitu memeriahkan atau mengagungkan upacara. Ogoh-ogoh yang dibuat siang malam oleh sejumlah warga banjar, pemuda (sekaa Teruna) itu harus ditampilkan dengan landasan konsep seni budaya yang tinggi dan dijiwai agama Hindu.















No comments:

Post a Comment